Perusahaan itu sedang membutuhkan banyak tenaga kerja untuk posisi manager, staff, operator, dan lain sebagainya. Anehnya, brosur tersebut tidak menyebutkan alamat lengkap kantor, pelamar hanya diminta mengirim biodata melalui sms ke seseorang yang disebutkan di brosur tersebut.
Dikarenakan kebutuhan hidup yang semakin mendesak sementara status pengangguran yang sudah disandang selama setahun, belakangan tanpa berpikir panjang lagi langsung mengirim biodata saya ke nomor handphone yang disebutkan di dalam brosur. Tak lama setelah mengirim sms, saya mendapat kan sms balasan yang isinya mengundang saya untuk langsung datang ke perusahaan tersebut pada keesokan hari dengan membawa berkas lamaran lengkap.
Pada keesokan hari saya mendatangi perusahaan tersebut dengan alamat yang diberikan melalui sms balasan yang saya terima. Sesampainya di sana, saya diterima oleh seorang resepsionis yang langsung memeriksa surat lamaran saya. Dia kemudian meminta uang sebesar Rp 20.000 sebagai biaya administrasi, lalu meminta saya menunggu. Tak lama kemudian saya dipanggil dan menghadap seseorang yang memperkenalkan dirinya sebagai Petugas Recruitment yang ditugaskan untuk menginterview.
Setelah melalui interview yang panjang dengan penjelasan aturan kerja dari masa percobaan 3 bulan, waktu kerja yang santai dan fasilitas yang menggiurkan sehingga membuat kepala pusing dua puluh keliling akhirnya saya dinyatakan dapat diterima diperusahaan tersebut dengan persyaratan saya harus membeli produk elektronik seharga Rp 499.000. Ya, wajib dibeli. Padahal, produk serupa dijual di toko elektronik seharga kurang dari Rp 200.000.
Saya menanyakan, apa akibatnya bila produk itu tidak saya beli. Petugas recruitment tersebut menjawab tegas bahwa itu adalah syarat mutlak kalau ingin bekerja.
Secuplik cerita di atas adalah salah satu peristiwa yang dialami oleh penulis sendiri dikarenakan banyaknya perusahaan-perusahaan di Indonesia ini yang hanya ingin mencari keuntungan menjual produknya dengan kedok membuka lowongan kerja alias menipu!
Pernahkan kita berpikir bahwa orang-orang yang sangat menginginkan pekerjaan adalah benar-benar orang yang sangat membutuhkan uang dan bukannya harus mengeluarkan uang untuk membayar administrasi ataupun membeli barang murah dengan harga yang cukup mahal? Apakah hal ini mendapatkan perhatian dari Pemerintah, terutama dinas tenaga kerja?
Atas kejadian di atas saya sangat menyarankan kepada teman-teman agar berhati-hati dalam mencari atau mendapat lowongan dari brosur-brosur yang tidak jelas dalam artian harus mengirim biodata ke seseorang terlebih dahulu.
sumber : suaramerdeka dot com
Dikarenakan kebutuhan hidup yang semakin mendesak sementara status pengangguran yang sudah disandang selama setahun, belakangan tanpa berpikir panjang lagi langsung mengirim biodata saya ke nomor handphone yang disebutkan di dalam brosur. Tak lama setelah mengirim sms, saya mendapat kan sms balasan yang isinya mengundang saya untuk langsung datang ke perusahaan tersebut pada keesokan hari dengan membawa berkas lamaran lengkap.
Pada keesokan hari saya mendatangi perusahaan tersebut dengan alamat yang diberikan melalui sms balasan yang saya terima. Sesampainya di sana, saya diterima oleh seorang resepsionis yang langsung memeriksa surat lamaran saya. Dia kemudian meminta uang sebesar Rp 20.000 sebagai biaya administrasi, lalu meminta saya menunggu. Tak lama kemudian saya dipanggil dan menghadap seseorang yang memperkenalkan dirinya sebagai Petugas Recruitment yang ditugaskan untuk menginterview.
Setelah melalui interview yang panjang dengan penjelasan aturan kerja dari masa percobaan 3 bulan, waktu kerja yang santai dan fasilitas yang menggiurkan sehingga membuat kepala pusing dua puluh keliling akhirnya saya dinyatakan dapat diterima diperusahaan tersebut dengan persyaratan saya harus membeli produk elektronik seharga Rp 499.000. Ya, wajib dibeli. Padahal, produk serupa dijual di toko elektronik seharga kurang dari Rp 200.000.
Saya menanyakan, apa akibatnya bila produk itu tidak saya beli. Petugas recruitment tersebut menjawab tegas bahwa itu adalah syarat mutlak kalau ingin bekerja.
Secuplik cerita di atas adalah salah satu peristiwa yang dialami oleh penulis sendiri dikarenakan banyaknya perusahaan-perusahaan di Indonesia ini yang hanya ingin mencari keuntungan menjual produknya dengan kedok membuka lowongan kerja alias menipu!
Pernahkan kita berpikir bahwa orang-orang yang sangat menginginkan pekerjaan adalah benar-benar orang yang sangat membutuhkan uang dan bukannya harus mengeluarkan uang untuk membayar administrasi ataupun membeli barang murah dengan harga yang cukup mahal? Apakah hal ini mendapatkan perhatian dari Pemerintah, terutama dinas tenaga kerja?
Atas kejadian di atas saya sangat menyarankan kepada teman-teman agar berhati-hati dalam mencari atau mendapat lowongan dari brosur-brosur yang tidak jelas dalam artian harus mengirim biodata ke seseorang terlebih dahulu.
sumber : suaramerdeka dot com